Si Pahit Lidah dan Si Empat Mata

Basisdata Tradisi Lisan
DATA
Nama Tradisi Lisan
Si Pahit Lidah dan Si Empat Mata
Kategori
Legenda
Etnis Penutur
Serampas
Medium Penyajian
Berdongeng dari orang tua ke anak-anak
Komponen Tokoh atau Pelaku
Si Pahit LIdah dan Empat Mata
Deskripsi

Si Pahit Lidah dan Si Empat Mata adalah dua dari sekian banyak tokoh sakti yang menjadi legenda di kalangan masyarakat Serampas. Legenda Si Pahit Lidah dan Si Empat Mata ini juga dikenal di sejumlah masyarakat tradisional di Kawasan Sumatra Bagian Selatan. Si Pahit Lidah memiliki kesaktian berupa sapaannya (sumpah serapah dan kutukannya) yang langsung menjadi kenyataan. Misalnya, bila Si Pahit Lidah mengutuk orang yang sedang membuat perahu maka seketika itu juga perahu yang sedang dikerjakan akan berubah menjadi batu (patung) yang berbentuk perahu. Sementara Si Empat Mata memiliki kesaktian berupa matanya yang berjumlah empat buah, sepasang di depan dan sepasang di belakang sehingga dengan mudah dapat melihat musuh dan ancaman yang datang dari berbagai arah.

Kesaktian Si Pahit Lidah dan Si Empat Mata makin lama makin tersebar luas ke seluruh penjuru dusun. Si Pahit Lidah dan Si Empat Mata pun bersaing untuk mendapat pengakuan masyarakat sebagai orang yang paling sakti. Perseteruan antara Si Pahit Lidah dan Si Empat Mata pun semakin memuncak. Akhirnya pada suatu hari kedua orang sakti itu pun sepakat untuk mengadu kesaktian masing-masing di suatu tempat, tepatnya di daerah perbatasan antara Serampas dan Bengkulu.

Adu kesaktian dilakukan di bawah pohon enau yang sedang berbuah lebat. Pada masa itu enau merupakan tumbuhan yang sangat populer karena dipakai untuk berbagai keperluan, mulai dari perlengkapan dalam pembuatan perjanjian, bahan makanan, sampai ke bahan untuk membuat rumah dan perlengkapan lainnya, Si Pahit Lidah dan Si Empat Mata sepakat untuk diuji kesaktiannya dengan cara dijatuhi tandan buah segar enau yang berat. Si Empar Mata mendapat giliran pertama. Ia tidur tertelungkup tepat di bawah pohon enau. Si Pahit Lidah lalu memanjat pohon enau dan segera memotong tandan buahnya yang dijatuhkan tepat di atas badan Si Empat Mata. Dengan mudah Si Empat Mata menghindar karena ia memiliki sepasang mata yang ada di bagian belakang kepalanya.

Selanjutnya giliran Si Pahit Lidah tidur tertelungkup di bawah pohon enau. Si Empat Mata lalu memanjat pohon dan memotong tandan buah lalu menjatuhkannya tepat di atas badan Si Pahit Lidah.. la tidak bisa menghindar dan tewas seketika itu juga. Mengetahui musuh bebuyutannya tewas, Si Empat Mata pun penasaran ingin membuktikan apakah lidahnya Si Pahit Lidah benar-benar pahit. la lalu mencicipi lidah Si Pahit Lidah. Ternyata lidah Si Pahit Lidah tidak hanya pahit tetapi mengandung racun yang sangat kuat. Si Empat Mata pun akhirnya tewas. Tidak berapa lama kemudian, di tempat itu tumbuh pohon ipuh (Antiaris toxicaria Lesch)

Kecamatan
Jangkat
Kabupaten
Merangin
Propinsi
Jambi