Tujuan utama dalam melaksanakan pesta adat tersebut adalah mengharapkan keselamatan di dunia dan di akhirat. Menurut masyarakat, orangyang beruntung melakukan hajatan akkattereakan mendapatkan amalnya di akhirat. Tetapi jika orang yang bersangkutan menyombongkan diri dan melanggar larangan Tu Rie’ A’ra’na maka tidak akan mendapatkan pahala akkattere yang pernah dilaksanakan. Pengorbanan yang dilakukan sia-sia dan dosa yang didapatkan lebih besar daripada orang yang tidak pernah melaksanakan akkattere.
Seperti yang dikatakan oleh seorang pemangku adat dalam bahasa Konjo:
“Inai upa’ na duppa ngase’i gau’-gau’ baji’na ri allo ribokona Lino,
terutama amala akkattere’na. lompo dosana tu mainga akkahajuang
nikuanganga akkattere punna lalloi batas”
Artinya:
“Siapa yang beruntung maka ia akan mendapatkan semua amalan-amalan baiknya di akhirat, terutama amal akkattere’nya. Orang telah melaksanakan akkattere lebih besar dosanya ketika melanggar” Pendapat di atas menegaskan pula bahwa orang telah melaksanakan
dianggap memiliki kepribadian yang baik dan dianggap telah memahami apa yang dilarang oleh Tuhan. Karena akkattere menjadi tidak ada nilainya jika orang yang
melaksanakan memiliki kepribadian yang buruk.
Akkattere salah satu hajatan yang dilaksanakan pada malam hari. Waktu tersebut disesuaikan dengan keadaan pemangku adat, pemerintah, dan orangorang yang terlibat di dalamnya pada malam hari mereka telah pulang dari tempat kerjanya.Pelaksanaan tradisi pada malam hari karena suasananya tenang sehingga uragi dapat berkonsentrasi dengan doanya. Malam pelaksanaan ditentukan oleh uragi (orang yang ahli dalam ritual tertentu dan mengetahui waktu yang baik). Malam pelaksanaan adalah malam yang paling bagus menurut uragi Tradisi akkattere yang terdapat di Desa Tanah Towa merupakan salah satu tradisi yang masih dilakukan. Dalam perkembangannya tradisi tidak bisa
dihapuskan, karena masyarakat masih melakukannya hingga sekarang.Akkattere adalah ritual yang dilakukan sejak lama dan menjadi bagian dari kehidupan masyarakat Tanah Toa.Hal tersebut karena adanya informasi lisan yang diteruskan dari generasi ke generasi yang disebut pasang. Nampaknya tradisi akkattere ini masih sangat berpengaruh cukup kuat pada masyarakat Tanah Towa, hal ini dapat terlihat pada saat observasi langsung terdapat tiga acara tradisi akkattere yang dilaksanakan pada malam yang sama, hajatan tersebut berada pada Dusun Sobbu yang merupakan tempat penulis mengamati langsung. Kedua dan ketiga masing-masing berada di Dusun Benteng dan Luraya.