Ma' Gasan Ma' Niah

Basisdata Tradisi Lisan
DATA
Nama Tradisi Lisan
Ma' Gasan Ma' Niah
Kategori
Legenda
Etnis Penutur
Dayak Tae
Medium Penyajian
Sebagai bahan ajar di sekolah Desa Tae
Komponen Tokoh atau Pelaku
Ma'Gasan dan Ma' Niah
Deskripsi

Cerita rakyat ini mengisahkan tentang Ma' Gasan dan Ma' Niah, dua pemuda perkasa di Desa Tae. Pada suatu hari, kedua pemuda ini mandi di Sungai Tae dan bermain-main menyusun batu yang berukuran sedang hingga menjadi jalan dan digunakan untuk mereka berpijak pulang pergi sungai. Lalu mereka mengangkat batu seukuran daun pintu untuk mereka duduk dan mencuci sehingga  menyebabkan air sungai keruh. Hal ini menyebabkan Pemimpin Tae (Raja Uda) marah. Kemarahan Raja Uda ini membuat dua pemuda ini kesal, dan melampiaskan kekesalannya dengan mengangkat batu sebesar Dio Belandokng (rumah Jurung). Batu tersebut diletakkan di depan pintu rumah Raja Uda, sehingga Raja Uda tidak bisa membuka pintu rumahnya. Raja Uda pun murka dengan Ma' Gasan dan Ma'Niah dan mereka akhirnya diusir dari Tanah Tae. Mereka pun meninggalkan tanah Tae, hingga mereka menemukan sebuah kampung bernama Nkase. Oleh karena kedatangan mereka ditentang orang kampung, maka mereka menantang masyarakat kampung Nkase untuk Berpancap (adu kekuatan). Kemudian terjadilah adu kekuatan yang luar biasa dan semua orang yang mengikuti pertarungan tersebut kalah. Muncullah seorang kakek berbadan kurus dan mencoba melawan Ma'Gasan dan Ma'Niah. Namun sebelum memulai Berpancap, si Kakek membuat perjanjian. Kalau ia (kakek) kalah, maka Ma'Gasan dan Ma'Niah boleh tinggal dikampung dan menjadi pemimpin di wilayah Nkase. Namun sebaliknya, jika ia (kakek) menang, Ma' Gasan dan Ma' Niah harus meninggalkan kampung Nkase. Ketika mereka mulai Berpancap, rumah Radakng Nkase pun bergoyang. Ma'Gasan dan Ma'Niah tidak mampu memulas tangan si Kakek sampai akhirnya mereka mengaku kalah dan meninggalkan kampung Nkase. Kedua pemuda tersebut tidak diketahui nasibnya setelah keluar dari Kampung Nkase. Cerita rakyat ini masih diingat oleh masyarakat Desa Tae namun sudah jarang dituturkan kepada anak muda sehingga tidak banyak yang mengetahuinya. Namun upaya untuk tetap mewariskan tradisi lisan ini mulai dilakukan yaitu sebagai bahan mulok di sekolah

Kecamatan
Balai
Kabupaten
Sanggau
Propinsi
Kalimantan Barat