Beume Betautn

Basisdata Adat Istiadat
DATA
Nama Adat Istiadat
Beume Betautn
Deskripsi
Beume Betautn
Adat ini memiliki beberapa rangkaian adat, yaitu:                                                                                                                                                    1. Adat ngawah
Proses ngawah dibuka dengan adat siakng. Bahan sesaji untuk siakng yaitu daun layakng, 7 iris sirih, 7 iris      pinang muda, tembakau, sentek (sirih sekapur, rokok sebatang) dan kepala nasi untuk memberi makan Nabi Adam dan burung Manuk, serta garam dan tuak. Adat ini dilakukan sebelum pembukaan ladang. Setelah dilakukan ngawah baru peladang boleh mulai nebas/membersihkan lahan. 
2. Empaya Raba' adalah adat yang dilakukan sebelum pembakaran lahan. Dalam prosesi ini terdapat dua Langkah   yang dilakukan yaitu
a. Sapet yaitu pembuatan batas api
Batas api dibuat dengan cara merintis sekeliling batas ladang agar api tidak menjalar ke tempat lain. Perintisan dilakukan sekitar 1 meter untuk lokasi yang rata dan untuk lokasi yang curam bisa lebih besar lebarnya. 
b. Besiak adalah adat untuk memberitahukan kepada roh yang  tinggal ditempat itu. Diharapkan dengan ritual ini maka roh-roh yang tinggal di lahan tersebut akan pergi sehingga tidak terganggu dengan pembukaan ladang. 
3. Pembakaran lahan .
Pembakaran lahan dimulai dengan ritual adat siakng dengan sentek. Dalam adat Dayak Tae, siakng dimaksudkan sebagai pemberitahuan kepada segala roh dan alam semesta bahwa akan dilakukan pembakaran lahan. 
4.  Matatn Banih atau menanam benih. 
Matatn benin dilakukan untuk memberi bekal benih padi yang dipercaya akan berlayar ke Ankong, Siam, Ka’Panjar, Jawa Malaka untuk mencari barang berharga yang akan di bawa pulang. Pada adat ini, benih  padi dimandikan dengan langir, bunga dan dibagian atas benih disimpan sisir, kaca, bedak, gincu, baju kebaya, minyak rambut (aksesoris perempuan). Matatn benin dilakukan dengan ritual siakng, sentek dengan sesaji berupa telur ayam, tuak, langa’/wijen, nas kaleng, bontokng puyut dan lain sebagainya. 
5. Nugal 
Sebelum melakukan Nugal didahului dengan prosesi adat Nao yang dimaksudkan untuk membagi benih kepada penunggu atau roh yang ada di sekitar agar tidak mengganggu benih yang ditanam. Setelah itu diadakan adat besiakng untuk meminta ijin kepada roh setempat karena akan melakukan kegiatan menugal. Proses menugal dilakukan bersama-sama. Dalam proses ini terdapat 2 kelompok yang bertugas. Kelompok pertama menugal/membuat lubang dengan alat tugal dan kelompok kedua bertugas memasukkan benih.  Setelah proses menugal selesai maka dilakukan adat memberi Sangkut Angkut makan. Proses ini dilakukan agar roh-roh sekitar dapat mengisi lubang tugal yang kosong dan dapat tumbuh tanaman yang berdaya guna.
6. Bepadeh 
Setelah padi ditumbuh dilakukan bepadeh yaitu membersihkan rumput yang tumbuh di sela sela padi dengan menggunakan alat tertentu.
7. Ngibo Pade membutuhkan berima (jangka dan ayam). Jangka adalah tempat sesaji atau  Rimah Saji. 
a. Rimah Saji : Ayam Panggang utuh, sulek (bambu kecil yg berisi air putih dan tuak), 9 bungkus daun yang berisi kue, lemang (sudah matang, buang kulit luar, gosok dengan kunyit), uai batak (pinang bergantung) yang berisi 7 pinang, sirih, dan rokok. 
b. Topok : berisi sirih, pinang, gambir, kapur. Diletakkan di mangkok tembaga, namun kini menggunakan mangkok biasa.
c. Mangkok berisi beras kuning dan putih, mangkok yang berisi sayur masak, dan daging babi yang diambil bagian punggung atas, leher, lemak, dan tulang rusuk. Di atas daging babi diletakkan dua sayap (sayap merupakan bambu yang diisi nasi yang dicampur darah babi dan dimasak)
d. Cangkir berisi tuak untuk bersapa (berhubungan dengan alam lain)
e. Semua sesajian ini diletakkan di empara yaitu meja yang terbuat dari bambu. Setelah dipersembahkan, sebagian daging ayam dan daging babi akan diambil untuk dimakan bersama, dan sebagiannya lagi ditinggal untuk penguasa wilayah (roh). 
8. Nyesai amot
Setelah padi menguning, dilakukan nyesai amot di perbatasan hutan atau batas desa
a. Nyesai amot apat (di Kampung Tae): untu memberikan makanan ke hantu miskin
b. Bepuai (di Kampung Padang): memberikan makan hantu yang menghuni lumbung padi
c. Bekanyut lanting (di Kampung Semangkar) : Memberikan makan penghuni Sungai dan laut.
9. Matah pade
Dilakukan sebelum panen dimuai yaitu dengan mengambil beberapa tangkai padi yang diikat menjadi 1 ikat kemudian digantung di lumbung padi sebagai induk padi. Di simpang jalan pun diselipkan batang padi untuk leluhur yang sudah meninggal lama maupun yang baru. Dalam adat ini bahan sesaji yang diperlukan yaitu bontokng kaleng, bontokng puyut, telur ayam, lange/wijen dan tuak/arak.
10. Ngitepm 
Ketika akan memulai panen, dimulai dengan adat Matah Pade dengan perlengkapan ritual yang sama dengan adat Matatn benih. Adat ini dipercaya dapat membawa benih padi yang berlayar pulang dengan membawa hasil agar semangatnya kumpul dan dibawa pulang. Untuk memanen padi masih dilakukan dengan menggunakan alat tuai atau arit. Padi yang sudah dikumpul diladang akan di bawa pulang kerumah. 
11. Metn atau  Ninjak padi
12. Nkangotn/makan nasi baru 
Dalam adat ini warga akan menjemur padi banyak-banyak untuk pesta padi. Dalam ritual ini bahan yang dipersiapkan yaitu siakng, ayam dan langa. Proses ritual yang dilakukan yaitu besiakng terlebih dahulu dengan maksud untuk memberitahukan kepada roh-roh yang ada tentang kegiatan yang akan dilakukan. Setelah besiakng dilakukan bekibo untuk membersihkan dan membuang sial agar orang-orang dalam rumah yang memakan nasi tersebut dijauhkan dari malapetaka.  
13. Nenteng Semangat padi
Dilakukan untuk mengumpulkan semangat padi yang jatuh/terselip untuk diambil rohnya. Adat ini juga dilakukan untuk membersihkan alat tani yang digunakan seperti tajak, dan parang bingkok. Perlengkapan yang disiapkan dalam ritual ini adalah  bontokng, nasi kuning, dan berimah. Bontokng terdiri dari siakng, sentek, bontokng kaleng, bontokng puyut, telur ayam, langa, tuak, usi/beliung untuk memanggil semangat pade. Bahan nasi kuning yaitu siakng/sentek, nasi kuning kaleng, nasi kuning puyut, beras banyu, beras kuning puyut, beras putih kaleng. Sesaji lain yang perlu disiapkan yaitu langa’, tuak, ayam panggang, mata pengkaras satu real, usi/beliung (untuk betetekng nyaru’ mangat/ngumpur semangat pade).                                                                                                                                                                                                     Sampai saat ini seluruh adat perladangan ini masih dilakukan oleh masayrakat Tae. Mereka masih sangat menghormati dan menghargai lingkungan sekitar dengan cara melakukan penghormatan dan tetap meminta ijin kepada penjaga alam setiap kali akan berkegiatan.
Etnis yang melaksanakan
Dayak Tae
Propinsi
Kalimantan Barat