Cerita Batu Patah Sembilan

Basisdata Tradisi Lisan
DATA
Nama Tradisi Lisan
Cerita Batu Patah Sembilan
Kategori
Legenda
Etnis Penutur
Senamat Ulu
Medium Penyajian
Berdongeng dari orang tua ke anak-anak
Komponen Tokoh atau Pelaku
Puteri Pagaruyung, pemuda, sang Raja
Deskripsi

Menhir Senamat Ulu disebut masyakarat sekitar dengan sebutan Batu Patah Sembilan. Cerita mengenai Batu Patah Sembilan merupakan legenda Desa Senamat Ulu yang sering diceritakan para orang tua. Pada masa dahulu, ketika teknologi dan hiburan masih sulit, masyarakat sekitar pada malam hari biasanya berkumpul bersama dan biasanya para orang tua menceritakan  berbagai macam cerita sembari memberi nasehat. Batu Patah Sembilan menurut cerita merupakan tempat duduk seorang putri yang berasal dari Kerajaan Pagaruyung. Putri Pagaruyung ini kemudian jatuh cinta kepada seorang pemuda yang biasa dan sederhana. Ia ingin menikah dengan pemuda tersebut. Akan tetapi keinginan sang Putri tersebut ditentang oleh ayahandanya. Sang putri tetap pada pendiriannya yang ingin menikahi pemuda tersebut. Hal ini kemudian membuat sang raja murka dan menendang batu alas duduk putri tersebut hingga patah menjadi sembilan bagian. Konon menurut cerita yang masyarakat setempat, patahan batu alas duduk yang ditendang oleh sang raja terpelanting hingga ke wilayah administrasi Jambi sekarang ini. Beberapa patahan batu tersebut tersebar ke berbagai wilayah dan Patahan Batu yang kesembilan akhirnya jatuh di Desa Senamat Ulu. Pada Menhir Senamat Ulu terdapat jejak kaki manusia, ayam dan harimau yang dipercaya masyarakat bahwa jejak kaki tersebut milik sang putrid an jejak kaki hewan lainnya adalah jejak kaki milik hewan peliharaan sang putri. Pada masa dahulu jejak kaki di Menhir tersebut masih dapat terlihat dengan jelas, akan tetapi di masa sekarang jejak kaki tersebut sudah aus dan pudar.
Menhir Senamat Ulu disebut masyakarat sekitar dengan sebutan Batu Patah Sembilan. Cerita mengenai Batu Patah Sembilan merupakan legenda Desa Senamat Ulu yang sering diceritakan para orang tua. Pada masa dahulu, ketika teknologi dan hiburan masih sulit, masyarakat sekitar pada malam hari biasanya berkumpul bersama dan biasanya para orang tua menceritakan  berbagai macam cerita sembari memberi nasehat. Batu Patah Sembilan menurut cerita merupakan tempat duduk seorang putri yang berasal dari Kerajaan Pagaruyung. Putri Pagaruyung ini kemudian jatuh cinta kepada seorang pemuda yang biasa dan sederhana. Ia ingin menikah dengan pemuda tersebut. Akan tetapi keinginan sang Putri tersebut ditentang oleh ayahandanya. Sang putri tetap pada pendiriannya yang ingin menikahi pemuda tersebut. Hal ini kemudian membuat sang raja murka dan menendang batu alas duduk putri tersebut hingga patah menjadi sembilan bagian. Konon menurut cerita yang masyarakat setempat, patahan batu alas duduk yang ditendang oleh sang raja terpelanting hingga ke wilayah administrasi Jambi sekarang ini. Beberapa patahan batu tersebut tersebar ke berbagai wilayah dan Patahan Batu yang kesembilan akhirnya jatuh di Desa Senamat Ulu. Pada Menhir Senamat Ulu terdapat jejak kaki manusia, ayam dan harimau yang dipercaya masyarakat bahwa jejak kaki tersebut milik sang putri dan jejak kaki hewan lainnya adalah jejak kaki milik hewan peliharaan sang putri. Pada masa dahulu jejak kaki di Menhir tersebut masih dapat terlihat dengan jelas, akan tetapi di masa sekarang jejak kaki tersebut sudah aus dan pudar.

 

 

Kecamatan
Bathin III Ulu
Kabupaten
Bungo
Propinsi
Jambi