Sejarah Desa

Basisdata Tradisi Lisan
DATA
Nama Tradisi Lisan
Sejarah Desa
Kategori
Sejarah lisan
Etnis Penutur
Tonyooi/Tunjung
Medium Penyajian
Komponen Tokoh atau Pelaku
Kepala Adat
Deskripsi

Kehidupan masyarakat Dayak Tunjung pada jaman dahulu tentulah tidak sama dengan kenyataan yang dihadapi kita sekarang, karena menurut penuturan dari nara sumber bahwa kehidupan masyarakat saat itu usaha utama mereka hanya berladang berpindah-pindah berburu, mencari ikan seperti memancing, pasang bubu, pasang kalaag dan juga mencari damar serta potong rotan. 

Diladang itulah mereka membangun pondok untuk tempat istirahat dan sekaligus menjadi tempat tinggal. Dalam perjalanan waktu datanglah keluarga yang lain meminta lahan untuk berladang. Mereka juga membangun pondok yang tempatnya tidak jauh dari keluarga-keluarga yang lain.

Semakin banyak kumpulnya keluarga maka mereka menyadari perlu seorang tokoh untuk mengatur dan menata kehidupan mereka Bersama dan tokoh tersebut Bernama “Perjaant” mereka pun mulai bergotong royong untuk membangun sebuah rumah yang besar,Panjang dan tinggi yang disebut “Luuq”. Dan untuk menyelesaikan Luuq tersebut tentulah tidak mudah membutuhkan waktu yang cukup lama karena pada musim berladang kegiatan gotong royong untuk pembangunan Luuq ditunda. Mereka fokus dengan ladang yaitu: Menebas, menebang sampai panen. Setelah itu kegiatan gotong royong dilanjutkan kembali. Dan untuk pengadaan bahan bangunan Luuq tentulah tidak mudah karena mereka mencari ke hutan mereka menebang dengan menggunakan parang, kampak ,beliung. Mereka memikul ramuan tersebut dari hutan dibawa ketempat yang akan dibangun. Sekalipun membutuhkan waktu yang cukup lama tetapi dengan semangat gotong royong kebersamaan,saling mendukung sehingga lamin tersebut akhirnya selesai dibangun.lamin tersebut letaknya di sekitar lembo Juaq. 

Seiring dengan perjalanan waktu merekapun semakin bertambah banyak,dan salah satu anak dari "Perjaant" menikah dengan "Terunt" (empon Rumaaq) beliau berasal dari benuaq. Mereka hidup bersama,rukun,damai saling menghormati satu sama lain.beliau (Terunt) di pandang oleh masyarakat bahwa kehidupannya sopan,bijaksana,dan memiliki etika yang baik. Sehingga beliau di percaya dan di angkat menjadi pemimpin yang dikenal pada saat itu dengan sebutan Hajiiq.

Dibawah kepemimpinan “Teruunt” Empon Rumaaq dengan gelar (Mangku Karta Buana) Tahun 1655–1730 sebagai hajiint juaq yang disegani oleh masyarakat karena beliau memimpin dengan penuh kewibawaan dan kebijaksanaan dan masyarakatnya hidup rukun,saling menghormati,dan menghargai satu sama lain mereka mengutamakan kepentingan umum diatas kepentingan kelompok dan pribadi.

Disaat mereka hidup rukun,damai namun sayangnya tiba-tiba mereka diserang oleh wabah penyakit yang menular dan mematikan yang dikenal dengan Bahasa daerah setempat “Repaaq”mereka menderita sakit perut dan pada saat itu belum ada tenaga medis,sarana dan prasarana Kesehatan. Sehingga mereka hanya mengandalkan ramuan alam seperti dedaunan dan akar-akaran namun sayangnya tidak berhasil sehingga banyak yang meninggal. Dengan menghadapi situasi dan kondisi demikian mereka bingung,cemas dan takut.dan untuk menyelamatkan diri jalan satu-satunya mereka pindah dan meninggalkan tempat tersebut.

Sang hajiiq bersama masyarakat mencari tempat yang baru dan mereka menemukan tempat yang menurut mereka aman sehingga mereka membangun tempat tinggal di tempat tersebut yang dikenal dengan sebutan “Luuq Juaq Ore” yang letaknya diseberang sungai Juaq.

Karena sang pemimpin (Hajiiq) sudah lanjut usia sehingga digantikan oleh Ketingk “Empon Papaaq” dengan gelar (Mangku Karta) Pada Tahun 1730-1885 dengan sebutan “Hajiiq”. Mereka berkumpul untuk melanjutkan kehidupan dengan situasi suka maupun duka mereka menghadapi Bersama, selalu musyawarah untuk mufakat hidup rukun dan damai. Disiang hari mereka sibuk bekerja mencari nafkah unuk memenuhi kebutuhan hidup. Malampun tiba sehingga mereka istirahat dan tidur. Dimalam itulah seorang ibu bermimpi ia diberitahu bahwa mereka harus berjalan keufuk timur dan apabila menemukan kemang (bunga) disitulah tempat untuk membangun luuq. Dipagi hari sang ibupun bangun ia menceritakan mimpinya kepada hajiiq dan masyarakat. Lalu merekapun berjalan keufuk timur berhari- hari untuk mencari Kemang (bunga) dan mereka pun menemukan kemang (bunga) tersebut sesuai dengan petunjuk mimpi sang ibu. 

Mereka mulai bergotong royong membangun luuq (Lamin) tentunya membutukan waktu yang cukup lama namun dengan semangat gotong royong sehingga luuq akhirnya selesai dibangun. Lalu mereka pindah dari Luuq Juaq Ore kelamin yang baru yang dikenal dengan sebutan “Luuq Kemang”. Sang pemimpin (Hajiint) “Ketingk (empon papaaq) sudah lanjut usia sehingga digantikan oleh “Roit”empon dengaan Pada Tahun 1885-1935.

Dibawah kepemimpinan Roit “empon dengaan” dengan gelar (Karta Negara) masyarakatnya hidup rukun, damai, selalu musyawarah untuk mufakat saling menghormati satu sama lain dan perkembangan penduduk semakin banyak.

Karena Roit (Hajiin) sudah lanjut usia sehingga digantikan oleh Gampong “empon Tang/Long” dengan gelar (Karta Negara) Pada Tahun 1935-1979. Karena Luuq Kemang sudah tua dan tidak layak dihuni lagi sehingga, dibawah kepemimpinan Gampong (empon Long) membawa masyarakatnya untuk membangun lamin yang baru dan Lamin tersebut dikenal dengan Lamin empon long.dan yang tinggal dilamin tersebut hanya keluarga Hajiint Gampong empon Long/empon Tang. Karena masyarakat dibagikan tanah untuk membangun rumah masing-Masing, dan beliaulah yang menata tata ruang kampung dan nama kampungnya adalah “Juaq Asa” Karena menurut penuturan dari nara sumber bahwa kampung ini dulunya banyak Rotan Juaq dan juga kampung ini diapit oleh dua sungai, yaitu sebelah timur sungai Asa dan sebelah barat dengan sungai Juaq inilah alasan mengapa disebut kampung Juaq Asa. Kepala adat selanjutnya dipimpin oleh Hingaan “Empon Niwak” Tahun 1979 – 1996. Kemudian kepemimpinan selanjut nya dipimpin oleh A. Juanon “Empon Gose” Pada Tahun 1996 – 2001. Setelah Empon Gose, Kepala Adat selanjutnya dipilih melalui pemilihan dan dipimpin oleh Ileeng “Taman Degon” dengan gelar (Marta) pada Tahun 2001 – 2006. Pada tahun 2006 kepala adat ileeng jatuh sakit, maka untuk melanjutkan kepemimpinan, kepala adat menunjuk sekretaris adat Fidelis Nasution sebagai pelaksana tugas, untuk menggantikan Kepala Adat sampai dengan tahun 2014. Pada tahun 2014, dilaksanakan kembali Pemilihan Kepala Adat Kampung Juaq Asa, dan terpilihlah “Emanuel Tuhun” dengan masa jabatan dari tahun 2014–2020. Pada Tahun 2020 melalui musyawarah besar kampung juaq asa, maka disepakatilah untuk dikukuhkan kembali “Emanuel Tuhun” untuk menjadi Kepala Adat Kampung Juaq Asa periode 2020-2025.

Kecamatan
Barong Tongkok
Kabupaten
Kutai Barat
Propinsi
Kalimantan Timur