![](https://sidakerta.kemdikbud.go.id/sdk/assets/attachment/icon/icon3indonesia.jpg)
Kumbang Futung (Tanjung Kumbang) yang merupakan pintu gerbang untuk memasuki Kota Kalabahi, menyimpan sejuta peristiwa dan ceritera unik, disamping pemandangan alam pantai yang indah, pemandangan bahari pun tidak kalah menarik bahkan ditanjung inilah terbentang taman laut yang indah. Putaran yang keluar masuknya arus air laut semakin menambah keindahan pemandangan laut yang seakan menyanyikan sebuah senandung harapan bahwa tidak perlu cemas menghadapi semua ini. Karena anugrah merupakan sukses dan kegagalan hanyalah sebuah dinamika dalam panggung kehidupan ini.
Latar belakang tanjung ini jika dilihat dari pulau pura, terdapat gunung raja, sekitar 5 KM dari Alor Kecil. Dikaki Gunung Raja terdapat Kampung Bang Palola (Kampung Pemali/Keramat) Konon dikampung ini muncul dari Goa, sepasang Manusia yang dikenal hingga kini bernama raja Tana dan Bui Fed Bangpalolmo adalah turunan ke 27 dari Raja Tana yang dikaruniai 6 Putra. Keenam Putra ini yang kemudian menyebar pada 5 kampung besar yaitu :
- Hulnani : Muda Bangpalola
- Alor Kecil : Adang Bangpalola (Jahi Bangpalola)
- Alor Besar : Utang Bangpalola
- Lewalu : Tei Bangpalola
- Bangpalola : Mobang
Ketika beranjak dewasa, Adang Bangpalola atau yang lebih dikenal dengan nama Jahi Bangpalola yang merupakan Putera ketiga dari Bapak Bangpalolmo ini berkeinginan untuk mandiri dan ia ternyata telah mengintip sebuah tempatyang strategis jika dipandang dari atas ketinggian yaitu Kumbang Futung (Tanjung Futung). Tekat Jahi Bangpalola ini akhirnya terwujud dan diabadikan dalam sebuah syair adat : “Jahi Pangpalola tapa tanah, Futung Kumba Futung Futung Kumba Futung Linjo dike, Palu Lelang Lema" (Jahi Bangpalola menemukan sebuah tempat yang strateis yaitu Tanjung Kumbang sebagai tempat naungan yang baik bagi kampung lima suku atau Alor Kecil).
Jahi Bangpalola, gejolak perasaan untuk segera mewujudkan impian yaitu seakan tak terbandung lagi.Hanya bermodalkan seperangkat alat sederhana untuk berburu dan seekor anjing buruan, Jahi Bampalola nekat meningalkan Kampung tanah kelahirannya untuk mengejar impiannya. Suatu hari Ia berjalan menuruni gunung, ditengah rimban nampak sunyi, hanyalah tetdengan kicauan burung dan gemuruh ombak yang seakan menjadi kompas yang seakan menjadi kompas bagipara perjalanannya. Semakin jauh ia berjalan, semakin terdenga gemuruh ombak memegah kesunyian pantai. Tanpa rasa lelah Ia harus menuju arah gemuruh ombak tersebut dan tibalah Ia ditanjung kumbang, ditanjung inilah awal mula pertemuannya dengan Nining Ekosari.
Suatu hari ketika jahi Bangpalola sedang berburu, Ia melihat seekor ikan mulut panjang yang besar berenang menuju kedarat, sehingga Jahi Bangpalola langsung mengarahkan panah menuju ikan tersebut. Saat itu terlihat sebuah peristiwa yang aneh, karena ikan raksasa itu bukan berlari menhjauhi tempat itu, sebaliknya ikan tersebut langsung mendarat dan meletakan kepalanya diatas batu, melihat peristiwa itu Jahi Bangpalola langsung mangangkat ikan tersebut kemudian mengantungnya diatas pohon kusambi, setelah membereskan ikan itu Jahi langsung pergi melanjutkan perburuannya, pada saat kembali dari perburuan, terlihat olehnya berbagai hidangan istimewa telah tersedia dibawa pohon kusambi, berjuta tanda tanya muncul dalamnbenak pemuda itu, Jahi Bangpalola mempertanyakan dari mana dan siapa gerangan yang menyiapkan hidangan istimewa tersebut, Ia hampir saja menyerbu hidangan tersebut, namun Ia ragu jangan sampai dirinya terjebak atau terdapat racun. Ditengah kebingungan ini timbul pemikiran untuk mencoba memberikan sedikit hidangan itu pada anjing buruannya itu tidak keracunan, serta merta Jahi Bangpalola menyerbui hidangan itu disantap nya hidangan itu dengan lahapnya sebagaimana biasa, setiap hari Ia pergi berburu keesok harinya ketika kembali dari buruan kembali Ia dapatkan Hidangan seperti hari kemarin, walaupun ditangah perasaan senang dan bimbang Ia langsung menyantap makanan itu, peristiwa yang sama terjadi lagi pada hari ketiga sehingga semakin membuat pemuda ini penasaran dan ingin tahu secara pasti gerangan orang yang menyiapkan semua itu, sehingga ide untuk melakukan pengintaian agar secepatnya menyingkap tabir rahasia di balik peristiwa ini.
Mentari pagi yang dinantikan semalam mulai menampakan wajahnya sebagai pertanda bahwa malam telah berganti siang. Hari itu Jahi Bangpalola segera membawa anjing buruannya pergi agak jauh dari tempat itu dan diikatnya anjing tersebut pada sebatang pohon lalu Ia bergegas kembali dan mengintip dibalik pohon. Dikala itu Jahi melihat ikan mulut panjang yang digantungkan diatas pohon kusambi itu bergegaslah seorang putri yang sangat cantik. Dalam hatinya Jahi berpikir apakah ini bukan sebuah mimpi..? Setelah menyadari bahwa peristiwa itu bukan merupakan sebuah kenyataan, perlahan-lahan Jahi Bangpalola mendekati gadis itu dan memeluknya dari belakang, sekejap saja gadis jelita itu terkulai layu dan terbujur kaku. Dan saat itu Jahi Bangpalola dirundung kebingungan dan kesedihan mendalam, karena Ia belum sempat mendengar sepatah kata dari bibir mungil sang gadis ini, Ia sudah membujur kaku. Kesedihan pemuda itu tergambar lewat jerit tangisnya sehingga akhirnya pemuda ini terlelap dalam tidur. Dalam tidurnya itu ia bermimpi : Putri cantik itu memberitahukan padanya bahwa “Tak usah Kakak bersedih hati meratapi aku, tetapi bingung dan potonglah ikan itu pada bagian ekornya kemudian bakar dan biarkan aku manghirupnya” Spontan saja Jahi bangun dari tidurnya dengan serta merta ia memotong ikan tersebut pada bagian pusat kemudian langsung membakarnya. Jahi Bangpalola ikut menghirup aroma ikan bakar yang sangat membangkitkan selera itu, setelah beberapa saat lamanya ia menunggu dengan sejuta harapan. Tiba-tiba terlihat bergeraklah sang gadis jelita itu sebagai pertanda bahwa ia telah siuman.perlahan Jahi menghampiri gadis jelita itu dan membelai rambutnya yang panjang terurai. Dalam benaknya Jahi memuji kebesaran dan kesempurnaan Tuhan yang telah mempertemukan dirinya dengan seorang gadis jelita, yang berparas cantik, gadis itupun perlahan bangkit dari tidurnya, ternyata Ia berada disamping seorang pemuda yang masih asing baginya. Bidadari itu serentak ketika melihat ikan mulut panjang telah terpotong bagian pusatnya seraya berkata : wahai kakang ..... mengapa engkau memotong ikan itu pada bagian pusatnya ..? Dan Jahi menjawab : aku berpikir bahwa ekor bukan bagian yang tidak berarti bagi dirimu sehingga aku memutuskan untuk memotong pada bagian perut “kata Jahi menjelaskan” dan ketika itu terlihat titik-titik air membasahi pipi sang gadis itu Keputusanmu itu aku hargai .............. namun engkau telah tega memutuskan hubungan kita dengan dunia ku. Kata gadis itu disela-sela isak tangisnya, andaikata kakak memotong bagian ekornya, perkawinan kita akan melahirkan keturunan yang banyak dan kaya raya, dan lebih dari itu.. Kita berdua serta anak keturunan kita nanti akan dapat hidup pada dua alam lanjut gadis jelita itu “Maksudmu” tanya Jahi Bangpalola. Maksud saya kita akan dapat hidup didarat dan dilaut kata gadis itu sambil mengusap air matanya. Namun engkau telah terlanjur memotong ikan itu pada bagian pusat maka keturunan kita nanti akan hidup pas-pasan, tidak terlalu miskin dan tidak terlalu kaya. Mendengar penjelasan itu. Jahi Bangpalola tercengang dan menganguk-anguk keheranan, lalu menyimpulkan bahwa gadis itu berasal dari laut sehingga Ia lalu memberi namanya “Ning Ekosari” yang berarti Puteri Cantik dari laut Dan nama Ekosari hingga kini tetap abadi dan menjadi legenda bagi masyarakat Alor Kecil