Batu Bao Benu Dan Baul Karati

Basisdata Tradisi Lisan
SLKL
Nama Tradisi Lisan
Batu Bao Benu Dan Baul Karati
Kategori
Sejarah lisan
Etnis Penutur
Hariabang
Medium Penyajian
Menceritakan
Komponen Tokoh atau Pelaku
Harun Kandola
Deskripsi

Bao Benu Dan Baul Karati Adalah Sepasang Suami Dan Istri Yang Hidupnya sangat Sederhana,dan Awalnya mereka tidak ingin tinggal di kampung yang bernama Hariabang. Tetapi sepasang suami istri ingin tinggal sendiri dan tempat tinggal mereka berada di sebuah gunung yang jauh dari perkampungan untuk menjadi tempat tinggal bagi Mereka. Tempat Yang Sementara mereka Tinggal Itu Bernama (AHOMI) dan juga Mereka memiliki 2 Gudang, 15 kandang ternak Babi dan hidup mereka sangat sederhana,tetapi pekerjaan dan penghasilan Yang Mereka dapatkan Melalui Beternak Untuk memenuhi  kebutuhan hidup. Setelah Itu,Ternak yang mereka piara dan pada saat Mereka Memelihara ternak Itu sepanjang hidup istrinya yang bernama Baul Karati pun Meninggal Dunia setelah beberapa bulan Kemudian Di ikuti Juga Oleh Suaminya Yang Bernama Bao Benu. Sesudah Kematian Mereka, Pagar dari ternak babi itu pun perlahan mulai rusak dan ternak babi Mulai sebar luas di daratan Pulau Pura. Menurut cerita dari salah satu orang tua yang berada di kampung Hariabang ialah, Ternak Babi Yang berada di pulau Pura berasal dari Bao Benu,Sehingga pada saat memasang jerat pun Babi Itu Tidak Akan Habis. Pada saat Meninggal, Bao Benu Tidak Di Kuburkan Tetapi MeninggalnyaSecara Misterius  Yaitu Di Atas Batu Besar dan memiliki ukuran panjang 3 meter dan batu tersebut Masih Ada hingga sekarang. Batu Bao Benu Juga Memiliki Keunikan dimana Ada Seorang Turis Yang Berasal Dari Jerman Melihat Dan Ingin Memotret Batu Itu sebanyak 25X Tetapi Tidak Mendapatkan hasil. Rotan Yang Disebut (LIA) Tumbuh Dari Kaki Bapa Bao Benu Sebanyak 3 Pohon, sehingga Sampai Saat Ini sudah banyak dan menguasai hutan AHOMI. Rotan juga Memiliki Larangan yaitu, jika rotan itu dipotong/ dipatah, maka Pada musim kemarau/hujan sekalipun tidak mendapatkan Hujan. Rotan juga mempunyai ritual tersendiri untuk bisa menurunkan hujan, jika seseorang memotong/ mematahkan rotan itu makan, harus Memberikan Babi Hitam Yang Berusia 1 Tahun / 6 Bulan setelah itu membuat Ritual dengan cara memasak air menggunakan air Kelapa sebanyak 7 Buah, 6 nya di pakai untuk dimasak dan 1 nya dipakai untuk ritual mesbah di Tempat Tumbuhnya Rotan Tersebut.


Kecamatan
Pulau Pura
Kabupaten
Alor
Propinsi
Nusa Tenggara Timur